Cruel's Life

 

Chapter 01

'Memori'

 

.

   Hah? Dia bilang apa? Aku? Bunuh diri? Tidak, Itu tidak mungkin, aku tidak mungkin melakukan sesuatu seperti itu. Disaat aku shock, Dewi itu berkata ‘Ya, Kau mati dengan cara bunuh diri. Tapi karena perubahan dimensi yang cepat, Jiwamu kehilangan ingatan saat itu. Biar aku perbaiki ingatanmu yang rusak’ Tangannya mulai bercahaya, yang menyelimuti tubuhku dengan hangat, Tapi juga cahaya itu membuat pikiranku kacau dan sakit. ‘Apa ini?!’ Aku mengerang kesakitan. ‘Itu adalah ingatanmu sebelum kau mati’. Ingatanku?...

.

   ‘Haah… hari ini gacha tetap aja gak bagus, Sepertinya dewa RNG[RNG = Random number Generator, itu adalah system yang biasa dipake buat game game gacha, cari tahu aja di mbah google], Lagi lagi tidak memihak aku ya?’  aku pun bersandar ke kursi dibelakangku sambal mereganggkan tanganku. ‘Sudah berapa lama semenjak aku tidak tidur? Sebaiknya aku cari makan, ke toko serbaada tentunya’ Aku berdiri mengambil dompetku yang kutaruh di atas lemari. Sambil memikirkan apa yang ingin dibeli, aku menyiapkan jaketku dan membuka pintu, tapia da sesuatu yang bergetar di sakuku. Saat mengeluarkan Smartphoneku dari sakuku, aku melihat kelayar dan melihat kata ‘Ibu…ada apa?’ aku mengangkatnya sambal berjalan keluar dari kamarku ‘Ada sesuatu yang ingin ibu bicarakan’ aku menutup pintu yang ada dibelakangku dan menguncinya saat ibu mengucapkan itu dengan nada yang serius. ‘Ada masalah apa?’ aku menjawabnya dengan nada yang serius juga ‘Sebenarnya, ibu tidak bisa memberimu uang lagi mulai sekarang’ . Eh? . Aku menjatuhkan kuunci yang berada ditanganku beberapa detik yang lalu ‘Apa yang ibu katakan?’ Aku terkejut dengan perkataannya yang simple itu ‘Ibu sudah bilang, ibu tidak akan memberimu uang lagi mulai sekarang’ ibu menjawabnya dengan tenang ‘T-Tapi kenapa?’ aku terbata bata ‘Itu karena ibu sudah menemukan keluarga baru, mulai sekarang. Kamu harus bisa mengurus diri sendiri, jangan mengandalkan ibu lagi.’ Apa? Keluarga baru? Ibu tidak pernah membicarakannya denganku. Sejak kapan? ‘Ya, keluarga baru, Ibu sudah keluar dari pekerjaan ibu diganti dengan suami ibu yang sekarang. Dia juga punya 2 anak, jadi ibu harus mengurus mereka dirumah. Oleh sebab itu kau harus bisa mengurus diri sendiri mulai sekarang, ibu sudah tidak bisa memberimu uang lagi mulai sekarang.’ Dia menyuruhku bekerja? Aku? Si Hikikomori yang kerjaannya Cuma berdiam diri dikamar tanpa kemampuan sosial? Kau pasti bercanda. ‘T-Tapi kenapa tiba tiba? Ibu tidak pernah memberitahuku soal ini. Dan juga, bagaimana seorang  Hikki [ T.S Kita singkat aja hikikomori jadi hikki ] Sepertiku mendapat pekerjaan?!’ aku mulai meyuarakan keberatan ‘Ibu tahu, dan ibu minta maaf karena sudah lupa memberitahumu soal ini’ Lupa, Lupa dia bilang. Aku anak kandungnya sendiri dilupakan? Heh sungguh, kenapa aku dilahirkan kalau begini jadinya? . ‘Sudahlah aku sudah tak peduli’ aku menutup telponnya dan mulai berjalan melangkahi tangga dan pergi ke took serbaada

.

.

.

   ‘Terima kasih sudah berkunjung, datang lagi…’ pintu otomatis tertutup dibelakangku mengiringi suara hujan yang sepertinya ikut bersedih atas nasibku. ‘Akhirnya aku malah pergi ke restoran fastfood’ hujan turun mengenai wajahku, yang sedang menagisi diri sendiri, menghapus air mata. Bagaimana caranya mendapat uang? Kalaupun aku ikut turnamen game, itu hanya untuk pemain professional. Jadi, bagaimana aku bekerja?. ‘Aaah frustasi, kupikirkan nanti saja. Untuk sekarang ayo pulang dan cepat makan’ Dengan stress yang menumpuk, aku berjalan pulang kekamar. Tapi, ditengah jalan, aku diberhentikan oleh suara yang berasal dari gang sempit dekat tempat tinggalku. Karena penasaran, aku mengintip apa yang sedang terjadi. 2 Orang perempuan yang sedang diancam oleh beberapa preman. Ini bukan urusanku, Jadi lebih baik kupulang saja. Tapi entah kenapa, kakiku malah melangkah sebaliknya dan menerjang preman itu di kakinya. ‘Aww sakit, siapa itu?!’ Dia berteriak kesakitan dan mencari asal sakitnya itu. Dia melihatku, mati aku.  ‘L-Lepaskan mereka!’ SIAL SIAL SIAL SIAL SIAL SIAL SIAL. ‘Hah? Kau bilang apa? Lepaskan?’ Setelah dia mengatakan itu, Pukulan keras dan cepat mengenai wajahku. *Bruk* Dengan kesadaran yang tersisa, aku melihat mereka tetap memukuli dan menendangku… Bagaimana dengan para perempuan itu? ‘TIDAK! LEPASKAN KAMI!’ . Situasi terburuk, setelah mereka berteriak aku kehilangan kesadaran.

 

 

Komentar